BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hortikultura,
utamanya sayuran merupakan komoditi pertanian yang memiliki harga cukup tinggi
di pasaran. Salah satu komoditi sayur- yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua
orang dari berbagai lapisan masyarakat, adalah cabe merah, sehingga tidak
mengherankan bila volume peredaran di pasaran dalam skala besar. Produksi cabe
merah dalam lima tahun terakhir (2008-2012) menunjukkan peningkatan dengan
rata-rata pertumbuhan sekitar 13,83 %.
Peningkatan
produksi pertanian akan berpengaruh pada petani. Dalam meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani, sering diharapkan pada permasalahan pengetahuan
petani yang masih relatif rendah, keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit
serta kurangnya ketrampilan petani yang nantinya akan berpengaruh pada
penerimaan petani.
Di Indonesia
cabe merah merupakan bahan sebuah masakan sehingga cabe merah sangat diperlukan
oleh sebagian besar ibu ramah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Pasar-pasar
tradisional di Jakarta membutuhkan cabe merah setiap harinya sebanyak 75 ton,
dan di pasar tradisional Bandung membutuhkan 32 ton per hari, yang semuanya
berasal dari Brebes. Volume cabe merah yang keluar dari satu sentra per hari
cukup besar, belum ditambah dari sentra-sentra lainnya seperti Malang, Bali,
Ujung Pandang, Medan dan lain-lain. Umumnya cabe merah dikumpulkan oleh para
pedagang pengumpul dari petani di sekitar daerah sentra. Di samping untuk
memenuhi keperluan konsumsi di dalam negeri, cabe merah juga diekspor meskipun
jumlahnya masih relatif kecil. Untuk itulah diperlukan adanya penerapan tehnik
budidaya yang tepat sehingga produksi yang dihasilkan tinggi dan berkualitas.
Daerah
Bali memiliki kondisi tanah yang sangat potensial untuk penanaman
sayur-sayuran. Sayuran yang paling banyak di produksi adalah jenis kubis
sebesar 74.174 ton (28,67 %) dan cabe merah sebesar 35.506 ton (17,53 %).
Produksi cabe merah di Propensi Bali tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan
hasil yang bervariasi. Dimana pada tahun 2008 produksi cabe merah sebesar
31.565 ton, tahun 2009 sebesar 26.862 ton, tahun 2010 sebesar 29.081 ton,
sedangkan tahun 2012 sebesar 35.509 ton (BPS, 1997). Dalam melakukan usahatani
cabe merah analisis biaya dan pendapatan merupakan awal dalam menentukan sikap
untuk melakukan budidaya cabe merah. Analisis perhitungan dilakukan untuk
memberikan gambaran mengenai produksi dan harga jual yang pada akhirnya akan
berpengaruh terhadap pendapatan petani dalam berusahatani cabe merah. Usahatani
cabe merah skalanya relatif kecil dan adanya ketergantungan terhadap harga jual
yang selalu berfluktuasi setiap waktu akan mempengaruhi hasil usahatani serta
pendapatan petani.
1.2
Rumusan Masalah dan Tujuan
1.2.1
Rumusan Masalah
Bagaimana analisis produksi
pertanian cabe merah mengenati tenaga kerja, biaya produksi dan pendapatan yang
didapat oleh petani usaha tersebut.
1.2.3
Tujuan
Tulisan ini akan membahas
tentang tenaga analisisa produksi dan tenaga kerja pada usaha tani cabe merah
di Desa Parean Tengah, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Kecamatan
Baturiti merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan cabe merah di
Kabupaten Tabanan, terlihat dari hasil produksi cabe merahnya, terbanyak
diantara kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan.
Data yang diperoleh merupakan data sekunder
yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian
meliputi : data yang diperoleh dari kantor kepala desa Perean Tengah, Kantor
Statistik Propensi Bali, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propensi Bali, serta
pustaka-pustaka ilmiah.
Analisis yang digunakan adalah
analisis usahatani. Data kuantitatifnya ditabulasi dan dikonfersi dalam satuan
yang sama.
Menurut Soekartawi, pendapatan
usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang
dikeluarkan. Pendapatan usaha tani cabe merah diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut :
TL = Y.Py
- Σ
X i . Pi
Keterangan :
TL = Pendapatan usahatani cabe merah.
Y = Produksi cabe
Py = Harga cabe per unit
X i = Penggunaan faktor ke-i
Pi = Harga faktor ke-i per unit
Untuk mengetahui tingkat kelayakan
usahatani cabe merah dipergunakan analisis R/C ratio. Makin besar nilai R/C
ratio usahatani itu makin layak diusahakan (Soekartawi, 1995).
Dalam makalah
ini dipergunakan batasan operasional berikut :
1. Usahatani adalah suatu
jenis kegiatan pertanian rakyat yang diusahakan oleh petani dengan
mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang
ditujukan pada peningkatan produksi.
2. Pendapatan usahatani
adalah selisih antara penerimaan yang diterima pada akhir produksi dengan biaya
riil (tunai) yang dikeluarkan selama proses produksi.
3. Penerimaan usahatani
adalah jumlah yang diterima petani dari suatu proses produksi, dimana penerimaan
tersebut didapatkan dengan mengalikan produksi dengan harga yang berlaku saat
itu.
4. Biaya usahatani adalah
biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi. Dalam hal ini
biaya diklasifikasikan ke dalam biaya tunai (biaya riil yang dikeluarkan) dan
biaya tidak tunai (diperhitungkan).
5. Keuntungan usahatani
adalah selisih antara penerimaan dengan biaya total (biaya tunai dan tidak
tunai).
6. Kepala rumah tangga
adalah seorang pria atau wanita yang dianggap bertanggung jawab dalam rumah
tangga itu oleh anggota rumah tangga.
7. Satu musim adalah 4,5
bulan, terhitung dari saat awal pengolahan tanah sampai dengan panen terakhir.
Luas
Tanam
Tanah
merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Dengan adanya tanah
para petani dapat mengusahakan berbagai komoditi pertanian yang sesuai dengan
jenis tanah yang akan ditanami.
Rata-rata
luas tanam cabe merah petani adalah 0,14 ha, dengan kisaran 0,08 ha sampai
dengan 0,20 ha. Luas tanam cabe merah kurang dari 0,12 ha sebanyak 12 orang (40
%), 0,12 ha sampai 0.16 ha sebanyak 9 orang (30 %) dan lebih dari 0,16 ha
sebanyak 9 orang (30 %).
Penggunaan
Tenaga Kerja
Rata-rata
luas sawah yang dimiliki petani 0,60 ha dengan rata-rata luas tanam cabe merah
0,14 ha sehingga hanya 23 % dari luas lahan sawah yang dimiliki ditanami
padi,kacang panjang dan tomat.
Satuan
ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah hari
kerja pria (HKP) yakni jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses
produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk menyetarakan dilakukan
konversi berdasarkan upah di daerah penelitian. Upah untuk pria Rp 15.000,00
per hari (8 jam) dan untuk wanita Rp 10.000,00 per hari (8 jam). Hasil
konversinya adalah satu hari pria dinilai sebagai satu hari kerja pria (HKP).
Satu hari kerja wanita setara dengan 0,67 HKP.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam mengusahakan cabe merah diperlukan 49 HKP,
yang terdiri atas 26,5 HKP dari tenaga kerja dalam keluarga, dan 22,5 HKP dari
tenaga kerja luar keluarga. Dari total tenaga kerja dalam keluarga yang
dicurahkan 19,1 HKP berasal dari tenaga kerja laki-laki, dan 7,4 HKP dari
tenaga kerja wanita, sedangkan tenaga kerja di luar keluarga terdiri atas 17,2
HKP dari tenaga kerja laki-laki dan 5,3 HKP bersumber dari tenaga kerja wanita.
Kebutuhan
kerja setia cabang usaha akan berbeda tergantung dari jenis kegiatan, jenis
komoditi yang diusahakan, tingkat teknologi, intensitas kombinasi dari faktor
produksi, skala usahanya serta waktu (Hermanto, 1989).
Besarnya
curahan tenaga kerja tersebut digunakan untuk kegiatan pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan (menyiangi, pemupukan dan penyemprotan), panen dan
pengangkutan.
Bila
dilihat dari jumlah hari kerja, maka pekerjaan petani dalam berusahatani cabe
merah lebih banyak menggunakan pekerja dalam rumah tangga. Kegiatan yang banyak
memerlukan curahan kerja adalah kegiatan pemeliharaan mencakup kegiatan
penyiangan, pemepukan, penyemprotan dan pengairan.
Biaya
Produksi
Pengeluaran
(biaya) dalam usahatani cabe merah meliputi pengeluaran untuk membeli sarana
produksi, upah tenaga kerja di luar keluarga, biaya untuk pembayaran pajak dan
iuran subak serta pengeluaran tidak tunai (diperhitungkan) yakni biaya tenaga
kerja dalam keluarga, biaya penyusutan alat-alat pertanian,dan bunga.
Untuk
biaya tenaga kerja diperoleh dengan mengalikan curahan kerja dengan upah yang
berlaku saat itu. Upah untuk tenaga kerja laki-laki sebesar Rp 15.000,00 per
hari dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp 10.000,00 per hari. Biaya total
yang dikeluarkan untuk curahan kerja usahatani/musim pada usahatani cabe merah
rata-rata sebesar Rp 671.500,00 yang terdiri dari Rp 360.500,00 untuk tenaga
kerja dalam rumah tangga (biaya tidak tunai) dan Rp 311.000,00 untuk tenaga
kerja diluar rumah tangga (biaya tunai).
Sedangkan
biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani cabe merah
dihitung dg metode Garis Lurus (Hernanto, 1989) dengan rumus sebagai berikut :
X =
|
Nb - Ns
|
||
n
|
|||
Keterangan
:
|
|||
X
|
=
besarnya penyusutan (Rp/th).
|
||
Ns
|
=
nilai sisa = 0 (Rp)
|
||
Nb
|
=
nilai pembelian.
|
||
N
|
= jangka waktu nilai ekonomis (th).
|
||
Rumus
di atas menggunakan asumsi bahwa alat-alat pertanian yang dipergunakan dalam
usahatani menyusut dalam besaran yang sama dalam setiap tahunnya. Dalam satu
tahun tanam terdiri dari tiga musim tanam, sehingga nilai penyusutan per musim
tanam diperoleh dari penyusutan per tahun dibagi tiga.
Rata-rata
biaya/usahatani/musim pada usahatani cabe merah di Desa Perean Tangah sebesar
Rp 2.296.350,00/usahatani/musim atau Rp 16.402.500,00/ha/musim, yang terdiri
dari biaya tunai sebesar Rp 1.858.381,00/usahatani/musim atau Rp
13.274.150,00/ha/musim, dari biaya tunai biaya untuk pembelian pupuk yang
paling banyak dikeluarkan yakni sebesar Rp 613.927,00/usahatani/musim atau Rp 4.385.193,00/ha/musim.
Sedangkan biaya tidak tunai sebesar Rp 437.969,00/usahatani/musim atau Rp
3.128.350,00/ha/musim. Sedangkan biaya yang paling banyak dikeluarkan pada
biaya tidak tunai adalah penggunaan tenaga kerja dalam rumah tangga sebanyak Rp
360.500,00/usahatani/musim atau Rp 2.575.000,00/ha/musim.
Tenaga
kerja dalam rumah tangga sangat membantu dalam pengelolaan tanaman cabe merah
sehingga tenaga kerjanya sangat berperan dalam dalam proses produksi bahkan
lebih banyak dari tenaga kerja luar rumah tangga. Jika dibandingkan penggunaan
biaya pada usahatani cabe merah maka terlihat penggunaan biaya tunai lebih
besar daripada biaya tidak tunai sehingga sangat berpengaruh terhadap produksi
dan pendapatan yang diperoleh petani.
Disamping
pemberian pupuk, penggunaan mulsa juga sangat penting untuk menekan pertumbuhan
gulma dan menjaga kelembaban tanah. Sedangkan untuk pengendalian hama dan
penyakit petani menggunakan berbagai jenis obat-obatan yakni insektisida, dan
fungisida.
Produksi
dan Pendapatan
Panen
merupakan saat yang dinantikan petani sebagai perwujudan keberhasilan dalam
melakukan budidaya cabe merah. Pada tanaman cabe merah yang sehat dan tumbuh
subur, produksi cabe merah berkisar antara 10.000 sampai 15.000 kg/ha.
Dari hasil penelitian didapatkan
rata-rata produksi cabe merah yang dihasilkan petani selama 4,5 bulan di Desa
Perean Tengah mencapai 1.670 kg/usahatani/musim atau 11.929 kg/ha/musim. Di
mana rata-rata panen selama satu musim sebanyak sembilan kali, sedangkan
rata-rata produksi cabe merah setiap kali panen 185,60 kg. Sementara harga cabe
merah pada saat penelitian rata-rata Rp 8.383,00/ka dengan kesaran harga Rp
5.000,00 sampai Rp 11.000,00/kg. Dengan demikian besarnya penerimaan petani
dari usahatani cabe merah sebesar Rp 13.999.610,00/usahatani/musim atau Rp
99.997.214,00/ha/musim.
Secara
umum tujuan usahatani cabe merah pada akhirnya untuk memperoleh pendapatan dan
tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya. Kegairahan petani untuk
meningkatkan kualitas produksinya akan terjadi selama harga produk berada di
atas biaya produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata pendapatan total usahatani cabe merah sebesar Rp
12.141.229,00/usahatani/musim atau Rp 86.723.064,00/ha/musim sedangkan
keuntungan petani dalam berusahatani cabe merah sebesar Rp
11.703.260,00/usahatani/musim atau Rp 83.594.714,00/ha/musim.
Ini berarti setiap Rp 1,00 modal
yang diinvestasikan untuk usahatani cabe merah akan memberikanpenerimaan
sebesar Rp 6,10 sehingga dapat dijelaskan bahwa usahatani cabe merah layak
diusahakan. Menurut Soekartawi (2009) apabila nilai R/C ratio > 1 maka
usahatani tersebut layak diusahakan. Oleh karena itu keputusan yang diambil
oleh petani tepat dan usahatani cabe merah tetap diusahakan.
Jenis tanaman yang diusahakan oleh
petani di sawah meliputi tanaman padi, cabe merah, tomat dan kacang-kacangan.
Rata-rata mengenai pendapatan petani per tahun dari usahatani semuanya sebesar
Rp 15.081.349,00.
Dilihat dari pendapatan yang
diterima petani dari usahatani sawah setahun usahatani cabe merah memberikan
pendapatan yang cukup besar. Tingginya pendapatan petani di desa Perean Tengah
disebabkan pada saat penelitian dilakukan produksinya cukup baik, serta
didukung oleh harga cabe merah yang tinggi.
Rata-rata pendapatan total petani
dalam setahun sebesar Rp 21.530.915,00 yang bersumber dari pendapatan dalam
usahatani sebesar Rp 15.081.349,00 dan pendapatan dari luar usahatani sebesar
Rp 6.449.566,00. Dari pendapatan petani dalam setahun diperoleh rata-rata
pendapatan per kapita per tahun sebesar Rp 4.046.057,60. Patokan garis
kemiskinan yang sering dipakai di Indonesia adalah garis kemiskinan yang
ditemukan oleh Sayogyo yaitu dengan menggunakan tingkat pendapatan per kapita
per tahun yang disetarakan de dalam kilogram beras.
Harga beras yang berlaku di Desa
Perean Tengah pada saat penelitian sebesar Rp 2.200,00 per kg. Tingkat
pendapatan per kapita per tahun apabila disetarakan ke dalam kilogram beras
didapatkan 1.839,12 kg beras.
Berdasarkan kriteria Sayogyo maka
petani di Desa Perean Tengah mempunyai tingkat kesejahtraan yang termasuk
katagori tidak miskin.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dari luas pemilikan
sawah 0,60 ha dan luas garapan 0,49 ha, luas tanaman cabe merah di Desa Perean
Tengah 0,14 ha atau 23 % dari lahan sawah yang dimiliki ditanami cabe merah.
Rata-rata besarnya pendapatan yang diterima petani dalam berusahatani cabe merah
adalah sebesar Rp 12.141.229,00/usahatani/musim atau Rp 86.723.064,00/ha/musim
dengan keuntungan Rp 11.703.260,00/usahatani/musim atau Rp
83.594.714,00/ha/musim.
2.
Usahatani cabe merah
sangat layak diusahakan ditunjukkan oleh R/C ratio yang lebih besar dari satu
(6,10).
3.
Cabe merah memberikan
sumbangan pendapatan sebesar 80,51 % dari total pendapatan usahatani sawah
kepada petani sehingga cabe merah merupakan sumber pendapatan utama bagi petani
di Desa Perean Tengah.
Saran
Berdasarkan
hasil dan simpulan dapat disarankan kepada petani jika tidak ada faktor
pembatas agar tetap mempertahankan usahatani cabe merah dan jika memungkinkan
memperluas areal cabe merah, karena usahatani cabe merah memberikan keuntungan
yang relatif tinggi.
No comments:
Post a Comment